Masalah Mandi Wajib
Sebelum menjelaskan tentang perkara-perkara apa saja yang tergolong Bid’ah dalam masalah Mandi Wajib, maka kita mulai terlebih dahulu dengan menjelaskan secara ringkas Hadits Shohiih tentang Mandi Wajib yang sesuai dengan Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Mandi Wajib sesuai dengan Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم secara lebih detailnya insya Allooh akan dibahas dalam kajian tersendiri di lain kesempatan.
Dalam Hadits Shohiih Riwayat Imaam Muslim no: 744, dari ‘Aa’isyah رضي الله عنها, ia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ ثُمَّ يُفْرِغُ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وُضُوءَهُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ الْمَاءَ فَيُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِى أُصُولِ الشَّعْرِ حَتَّى إِذَا رَأَى أَنْ قَدِ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ حَفَنَاتٍ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ
Artinya:
“Adalah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم apabila mandi janabah memulai dengan mencuci kedua tangannya, kemudian menuangkan (air) dengan tangan kanannya ke atas tangan kirinya, lalu mencuci kemaluannya kemudian ber-Wudhu’, sebagaimana Wudhu’-nya untuk sholat, kemudian mengambil air (dengan tangannya), lalu memasukkan jari-jari tangannya ke pangkal rambut hingga apabila ia melihat sudah tersentuh air semua pangkal rambutnya, ia menuangkan air ke atas kepalanya tiga kali siraman dengan kedua telapak tangannya, kemudian menyiramkan air ke sekujur tubuhnya, lalumembasuh kedua kakinya.”
Dalam Hadits Shohiih Riwayat Imaam Al Bukhoory no: 273, dari Maimunah رضي الله عنها, ia berkata,
وَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَضُوءًا لِجَنَابَةٍ فَأَكْفَأَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ غَسَلَ فَرْجَهُ ثُمَّ ضَرَبَ يَدَهُ بِالْأَرْضِ أَوْ الْحَائِطِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَغَسَلَ وَجْهَهُ وَذِرَاعَيْهِ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى رَأْسِهِ الْمَاءَ ثُمَّ غَسَلَ جَسَدَهُ ثُمَّ تَنَحَّى فَغَسَلَ رِجْلَيْهِ قَالَتْ فَأَتَيْتُهُ بِخِرْقَةٍ فَلَمْ يُرِدْهَا فَجَعَلَ يَنْفُضُ بِيَدِهِ
Artinya:
“Aku pernah menuangkan air untuk Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم untuk dipakai mandi janabah (dan aku menabirinya). Beliau صلى الله عليه وسلم lalu membasuh kedua tangannya dua atau tiga kali, kemudian menuangkan air (dengan tangan kanannya) atas tangan kirinya, lalu beliau صلى الله عليه وسلمmembasuh kemaluan dan apa-apa yang ada disekitarnya yang terkena kotoran. Beliau صلى الله عليه وسلمlalu menggosok-gosokkan tangannya ke atas tanah (atau ke dinding) dua atau tiga kali (kemudian mencucinya), lalu berkumur-kumur, menghirup air ke hidungnya, membasuh wajah dan kedua tangannya, dan membasuh kepalanya tiga kali, kemudian menyiramkan air ke seluruh tubuhnya, lalu berdehem dan mencuci kedua kakinya. Lalu aku bawakan kain, tetapi beliau صلى الله عليه وسلم tidak menolaknya, kemudian beliau صلى الله عليه وسلم keringkan dengan tangannya.”
Juga Hadits Shohiih yang diriwayatkan oleh Imaam Muslim no: 770, dari Ummu Salamah رضي الله عنها, ia berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى امْرَأَةٌ أَشُدُّ ضَفْرَ رَأْسِى فَأَنْقُضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ قَالَ « لاَ إِنَّمَا يَكْفِيكِ أَنْ تَحْثِى عَلَى رَأْسِكِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ تُفِيضِينَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِينَ
Artinya:
“Aku pernah bertanya, “Ya Rosuulullooh, sesungguhnya aku adalah seorang perempuan yang mengikat kuat rambut kepalaku, lalu apakah aku harus membukanya untuk mandi janabat?”
Jawab beliau صلى الله عليه وسلم, “Tidak (harus), cukup bagimu menuangkan (air) diatas kepalamu tiga kali tuangan, kemudian engkau siramkan air keatas tubuhmu, dengan demikian kamu menjadi suci.
- Bid’ah didalam Masalah Mandi Wajib
Kekeliruan (Bid’ah) yang harus kita ketahui berkenaan dengan masalah Mandi Junub adalah sebagai berikut:
1. Melafadzkan niat dengan mulut adalah termasuk Bid’ah.
Karena Niat itu adalah tempatnya didalam hati, bukan untuk dilafadzkan dengan mulut.
2. Merupakan suatu Bid’ah menganggap najis air bekas dipakai untuk mandi junub
Yang benar adalah bahwa air yang dipakai untuk ber-Wudhu’ ataupun mandi junub itu adalah tidak najis.
Dalam Hadits Shohiih Riwayat Imaam Muslim no: 755, dari ‘Aa’isyah رضي الله عنها, ia berkata,
مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ وَنَحْنُ جُنُبَانِ
Artinya:
“Dahulu aku sendiri dan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم (sering) mandi bersama dari satu bak, sedangkan kami berdua dalam keadaan junub.”
3. Merupakan suatu Bid’ah menganggap bahwa orang yang masih junub dan tidak mandi junub akan mendapat kutukan
Hal ini tidak benar, karena tidak ada hadits shohiih yang menyatakan seperti itu.
4. Merupakan suatu Bid’ah bila menganggap bahwa wanita yang junub itu hendaknya menggunakan ‘Ajin (adonan)
Walaupun di Indonesia ‘Ajin ini tidak begitu dikenal, meskipun demikian perlu diketahui bahwa tidak ada hadits shohiih yang dapat digunakan sebagai landasan terhadap anggapan yang seperti itu.
5. Merupakan suatu Bid’ah bila menganggap bahwa bagi wanita yang sedang junub atau haid, rambutnya tidak boleh jatuh. Kalau jatuh, maka rambutnya harus ikut serta dimandikan junub
Perkara ini sama sekali tidak ada landasan yang shohiih tentangnya. Oleh karena itu, janganlah dipercayai dan jangan pula diamalkan.
Semoga bermanfaat...
0 komentar:
Posting Komentar